Keteladanan Nabi yang Universal

Peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ adalah momen penting untuk meneladani kepemimpinan beliau. Nabi bukan hanya sosok spiritual, tapi juga pemimpin universal dengan empat sifat utama: Shiddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan kebenaran), dan Fathonah (cerdas).

Kenyataan di Indonesia Hari Ini

Pertanyaannya: apakah sifat-sifat itu masih kita temukan pada pemimpin Indonesia saat ini? Sayangnya, justru sebaliknya. Hiruk-pikuk politik pekan lalu hingga sekarang memperlihatkan wajah kepemimpinan yang jauh dari teladan Rasulullah. Kita mendengar janji yang diingkari, kebohongan publik, hingga kebijakan yang lebih pro-elit ketimbang pro-rakyat.

Hadis Nabi sudah mengingatkan: “Akan datang suatu hari seorang pemimpin yang suka berbohong, maka berhati-hatilah kalian dari mereka.” (HR. Ahmad).

Fakta Terkini yang Mengguncang

  • Protes nasional meledak setelah DPR disorot karena tunjangan hunian Rp50 juta per bulan—sekitar 10 kali UMR Jakarta (The Guardian).
  • Kasus korupsi Chromebook menyeret eks menteri, menambah daftar panjang ironi pemimpin yang lupa amanah.
  • Demonstrasi rakyat dijawab represif, dengan pengerahan aparat besar-besaran (Reuters).

Semua ini menunjukkan rapuhnya sifat Shiddiq dan Amanah dari sebagian besar pemimpin kita.

Menghidupkan Kembali Sifat Kenabian

Indonesia hanya bisa menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur—negeri yang makmur, tenteram, dan dirahmati Allah—jika pemimpin berani meneladani Nabi. Itu berarti:

  • Jujur dalam janji (Shiddiq)
  • Bisa dipercaya dalam tugas (Amanah)
  • Menyampaikan kebenaran meski pahit (Tabligh)
  • Cerdas dalam mengambil keputusan (Fathonah)

Penutup: Refleksi Maulid untuk Bangsa

Momen Maulid seharusnya bukan sekadar seremoni. Ia harus jadi cermin nasional: apakah kita masih mendukung pemimpin yang jauh dari teladan Rasulullah? Jika iya, jangan heran bila krisis demi krisis terus melanda. Sebaliknya, dengan menuntut pemimpin yang meneladani Nabi, Indonesia bisa kembali menuju negeri yang damai, adil, dan sejahtera. (Jiyong 2025)

Drs. Achmad Haromain, M.I.Kom
Dosen FEB UMT

Berita sebelumyaSebanyak 543 Kasus DBD Terjadi di Kabupaten Lebak dari Januari-Agustus 2025
Berita berikutnyaKemenbud Bahas Strategi Pelestarian Warisan Budaya Takbenda