
LEBAK – Kabar melegakan datang bagi masyarakat adat Suku Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten. Persediaan obat serum Anti Bisa Ular (ABU) kini sudah tersedia di seluruh puskesmas penyangga, setelah sekian lama mereka kesulitan mendapatkan penanganan medis cepat bagi korban gigitan ular berbisa.
Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Medi, mengaku lega dengan pemenuhan kebutuhan serum tersebut.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten Lebak yang memenuhi persediaan obat serum ABU itu,” ujarnya saat dihubungi di Rangkasbitung, Kamis (2/10/2025).
Masyarakat Badui yang berjumlah sekitar 11.600 jiwa dan tersebar di 68 perkampungan kini tak lagi harus menempuh perjalanan jauh ke rumah sakit, karena bisa langsung mendapat perawatan di puskesmas penyangga seperti Leuwidamar, Cisimeut, Cirinten, Bojongmanik, Muncang, dan Sobang.
Ancaman dari Hutan
Habitat ular tanah (Calloselasma rhodostoma) yang beracun memang banyak dijumpai di kawasan hutan Badui, terutama di lokasi berhawa sejuk. Warga kerap menjadi korban saat membuka ladang, membabat ilalang, atau menebang pohon.
Sepanjang September 2025, sejumlah warga Badui yang tergigit ular sudah berhasil ditangani puskesmas berkat ketersediaan serum. Padahal sebelumnya, banyak korban harus dilarikan hingga ke RSUD Adjidarmo Rangkasbitung atau RSUD Banten karena stok obat di puskesmas kosong. Situasi ini kerap berujung fatal.
Tak jarang pula warga mencari pengobatan alternatif. Medi mencontohkan kasus warga Badui Dalam yang sempat ditangani seorang mantri dari Cilograng.
“Waktu itu diminta uang Rp3 juta untuk diobati, tapi warga memprotes hingga akhirnya sepakat hanya memberi Rp500 ribu,” ungkapnya.
Peran Pemerintah
Kepala Plt Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Endang Komarudin, memastikan kini setiap puskesmas penyangga menyiapkan antara 5 hingga 10 vial serum ABU.
“Semua persediaan ABU tersebar di lima puskesmas penyangga masyarakat Badui, seperti Puskesmas Cisimeut, Cirinten, Bojongmanik, Muncang, dan Sobang terpenuhi,” jelasnya.
Namun, data dari Sahabat Relawan Indonesia (SRI) mengingatkan bahwa tantangan masih ada. Ketua Koordinator SRI, Muhammad Arif Kardiat, menyebut sejak Januari hingga Agustus 2025, tercatat 49 warga Badui menjadi korban gigitan ular tanah, dengan tujuh di antaranya meninggal dunia.
“Penyebab kematian itu karena langkanya serum ABU di semua puskesmas setempat sekitar Badui juga keterlambatan informasi untuk dibawa ke rumah sakit menjadi kendala utama,” katanya.
Kini, dengan adanya serum di puskesmas terdekat, masyarakat Badui punya harapan baru untuk selamat dari ancaman ular berbisa.